INOVASI PENDIDIKAN
Oleh. Agung Fouriswadi, M.Pd.
A.
Referensi
Saud, Udin Syaefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
B.
Tujuan
Penulisan
Untuk mengetahui
program tentang Inovasi dalam Pembelajaran dan Inovasi Pembelajaran melalui
teknologi Informasi khususnya membahas tentang Pembelajaran
kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL).
C.
Fakta-fakta
Unik
1.
Pembelajaran kontekstual adalah
terjemahan dari istilah Contextual Teaching
Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti
“hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual
diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga
Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran
yang berhubungan dengan suasana tertentu.
2.
Pembelajaran kontekstual
didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa
siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang
telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi
disekelilingnya.
3.
Pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and
Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat
menerapkannya dalam
kehidupan mereka (Sanjaya,
2005).
4.
Pembelajaran kompetensi
merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistik(menyeluruh), terdiri
dari berbagai komponen yang saling terkait, apabila dilaksanakan masing-masing
memberikan dampak sesuai dengan peranannya (Sukmadinata, 2004).
5. Elaine B.
Jhonson (2002), mengklaim
bahwa dalam pembelajaran
kontektual, minimal ada tiga
prinsip utama yang
sering digunakan, yaitu:
saling ketergantungan
(interdepence), diferensiasi (differetiation), dan pengorganisasian (self
organization).
Asas-asas sering
juga disebut komponen-komponen pembelajaran
kontekstual melandasi
pelaksanaan proses pembelajaran
kontekstual yang memiliki
tujuh asas meliputi: 1)
Kontruktivisme, 2) Inkuiri,
3) Bertanya, 4)
Masyarakat belajar, 5) Pemodelan, 6) Refleksi, dan 7) Penilaian
nyata.
D.
Pertanyaan
1. Program
apa yang anda usulkan?
2. Bagaimana cara implementasi program tersebut?
3. Siapa
yang melaksanakan implementasi program tersebut?
3.
Berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk implementasi program tersebut?
4.
Apa ukuran keberhasilan implementasi program tersebut?
E.
Konsep
Utama
1. Contextual Teaching
Learning (CTL)
2. Kontruktivisme
3.
Inkuiri
4. Bertanya
5. Masyarakat belajar
6.
Pemodelan
7.
Refleksi
8. Penilaian
nyata.
F.
Refleksi
1.
Tulisan tentang Inovasi Pendidikan oleh Prof. Dr.
Udin Syaefudin Saud, Ph.D. dapat memberikan gambaran yang Membahas tentang Inovasi dalam Pembelajaran dan Inovasi
Pembelajaran melalui teknologi Informasi khususnya membahas tentang
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL).
2.
Belajar untuk
tahu dan belajar untuk
berbuat telah membuat siswa anda
duduk pada tempat yang tepat, setidaknya mereka menjalani belajar untuk menambah
pengetahuan dan informasi
keotaknya. Mereka melakukan praktek dilanjutkan belajar
menjadi. Masih ingat
Andreas Harefa yang
menuliskan, “Di antara teori
dan praktik terdapat
jembatan yang justru
amat penting untuk
memanusiakan diri seseorang, yakni
ia harus belajar
menjadi”. Sesungguhnya inilah
inti dari seluruh pembelajaran apapun model atau
strateginya dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi pembelajaran konstektual
akan membicarakan bagaimana siswa menjadi seseorang yang akrab dengan
lingkungan dimana, apa, dan siapa sebenarnya dirinya itu.
3. Tahapan
model pembelajaran kontekstual meliputi empat tahapan, yaitu: invitasi,
eksplorasi, penjelasan dan
solusi, dan pengambilan
tindakan.
4. Tahap
invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep
yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang
problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas
tadi dengan pendapat
yang mereka miliki.
Siswa diberi kesempatan
untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep
tersebut.
Tahap
eksplorasi, siswa diberi
kesempatan untuk menyelidiki
dan menemukan konsep melalui pengumpulan,
pengorganisasian, penginterpretasikan data dalam sebuah kegiatan yang telah
dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi
tentang masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa
keinginantahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikanpenjelasan-penjelasan solusi
yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka
siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan
ringkasan. Tahapan pengambilan tindakan,
siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan,
berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan
saran baik secara
individu maupun kelompok
yang berhubungan dengan pemecahan
masalah.
5.
Karakteristik
Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
Pembelajaran
kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif
yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).
1. Konstruktivisme
(Constructivism)
Setiap individu dapat membuat struktur
kognitif atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu
dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme
(Ateec, 2000). Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui
metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa
berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.
Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan
inti, yaitu :
1) Mengandung pengalaman nyata (Experience);
2) Adanya interaksi sosial (Social
interaction);
3) Terbentuknya kepekaan terhadap
lingkungan (Sense making);
4) Lebih memperhatikan pengetahuan
awal (Prior Knowledge).
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus
dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan (Depdiknas,
2003:6).
Sejalan dengan
pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki
struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing
berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh
pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman
baru akan dihubungkan dengan kotak yang sudah berisi pengalaman lama
sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia
dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama
dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi
siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inquiry. Dalam sebuah pembelajaran
yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1) Menggali informasi, baik
administratif maupun akademis;
2) Mengecek pengetahuan awal siswa dan
pemahaman siswa;
3) Membangkitkan respon kepada siswa;
4) Mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa;
5) Memfokuskan perhatian siswa pada
sesuatu yang dikehendaki guru;
6) Membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan dari siswa;
7) Menyegarkan kembali pengetahuan
siswa.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan
merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003).
Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah, yaitu :
1) Merumuskan masalah ;
2) Mengajukan hipotesis;
3) Mengumpulkan data;
4) Menguji hipotesis berdasarkan data
yang ditemukan;
5) Membuat kesimpulan.
Melalui proses
berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah,
rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.
4. Masyarakat
belajar (Learning Community)
Konsep Learning
Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antar siswa, antar
kelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu
materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi
pengalaman (Depdiknas, 2003).
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam
pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan
tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam
arti guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan
Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan
mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa
digolongkan menjadi :
1.
Kehidupan
yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;
2.
Simbolik (symbolic),
model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ;
3.
Representasi
(representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan
alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan
cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang
apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang
baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang
baru diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan
pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran.
Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang
realisasinya dapat berupa :
1.
Pernyataan
langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja
dilakukan.;
2.
Catatan
atau jurnal di buku siswa;
3.
Kesan dan
saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik
merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah
mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses
pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata
yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik
authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan
selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif
maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan
mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback.
Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis,
karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal,
hasil tes tulis dan karya tulis.
6. Berdasarkan
tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual
tersebut, maka langkahlangkah pembelajaran konstektual
seperti di bawah ini:
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan
kompetensi yang harus
dicapai serta manfaat
dari proses pembelajaran dan
pentingnya materi yang akan dipelajari
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran
konstektual:
a) Siswa
dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa
b) Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan
observasi, misalkan kelompok
1 dan 2 melakukan observasi ke TPS (lingkungan
hidup) dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke TPA (pembuangan sampah).
c)
Melalui observasi siswa
ditugaskan untuk mencatat
berbagai hal yang
berhubungan dengan hasil temuan saat observasi tadi.
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang
harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b. Inti
Di Lapangan
1) Siswa melakukan observasi ke TPS sesuai dengan
pembagian tugas kelompok
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan
tadi sesuai dengan alat observasi yang
telah mereka tentukan sebelumnya
Di dalam Kelas
1) Siswa mendiskusikanhasil temuan mereka sesuai
dengan kelompoknya masing-masing
2) Siswa mempersentasikan/melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain.
c. Penutup
1) Dengan bantuan
guru siswa menyimpulkan
hasil observasi sekitar
masalah temuan sesuai dengan
indikator hasil belajar yang harus dicapai
2) Guru menugaskan
siswa untuk membuat
tugas tentang pengalaman
belajar mereka dengan tema”Pembuangan
Sampah”.
7.
ukuran
keberhasilan implementasi Pembelajaran kontekstual yakni apabila siswa belajar dengan baik dan jika apa yang
dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau
peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
8.
Terkait dengan
hal tersebut penulis telah memberikan inspirasi dalam mengembangkan calon tesis
yang akan saya kerjakan, maka akan dilakukan penelitian tentang Penerapan model
pembelajaran konstruktivisme untuk Meningkatkan pemahaman Siswa kelas VIII mengenai sholat berjamaah di kabupaten Lombok
Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar